Minggu, 04 Desember 2011

artikel agama

Penistaan Zionis terhadap Syiar-Syiar Islam

 

Bila ditelusuri kembali hingga ke belakang, boleh dikata krisis Palestina merupakan masalah terbesar selama lebih dari setengah abad terakhir. Pembantaian massal dan serangan teror, pengusiran, pendudukan, dan embargo ekonomi terhadap rakyat Palestina dan pembangunan permukiman zionis di tanah pendudukan merupakan sebagian contoh dari rangkaian kejahatan rezim zionis Israel terhadap bangsa Palestina. Tak cukup itu saja, rezim zionis juga kerap melancarkan penistaan terhadap simbol-simbol suci keislaman seperti Al-Quran dan masjid. Ironisnya, beberapa waktu lalu aksi penistaan tersebut terulang lagi dan melukai kembali perasaan umat Islam di seluruh dunia.

Selama beberapa bulan terakhir, para pemukim zionis telah menyerang beberapa masjid dan membakar Al-Quran. Dan yang terbaru adalah penyerangan terhadap Masjid Anbiya di sebuah desa di dekat kota Betlehem, Tepi Barat. Aksi penyerangan yang disertai dengan pembakaran Al-Quran itu menyebakan kerusakan terhadap bangunan masjid. Bahkan para penyerang juga menuliskan kata-kata hinaan dan slogan anti-Islam di tembok masjid.
Aksi serupa juga dilakukan oleh warga zionis lainnya di dekat kota Nablus, Tepi Barat dan sebuah masjid di Jalur Gaza. Ironisnya tindakan brutal tersebut selalu mendapat dukungan dari militer rezim zionis.
Tentu saja, aksi penistaan terhadap simbol-simbol suci umat Islam itu bukanlah isu baru dan telah berlangsung lama semenjak ditubuhkannya rezim zionis pada tahun 1948 dan bahkan telah dimulai sedari munculnya gerakan teror kelompok-kelompok zionis terhadap warga Palestina.
Salah satu contoh bentuk penghinaan lainnya terhadap umat Islam adalah pemasangan sebuah film pendek di internet. Film tersebut menayangkan aksi seorang serdadu rezim zionis yang menari di depan perempuan Palestina dan melancarkan kekerasan psikologis terhadapnya. Dalam tayangan itu terlihat seorang perempuan Palestina yang matanya tertutup dan tangannya diikat menghadap ke tembok, sementara di belakangnya tampak seorang serdadu Israel menari-nari dengan tampang menghina, merayakan aksi penangkapannya itu.

Sejatinya tindakan amoral dan penghinaan semacam itu merupakan bagian dari watak militer rezim zionis Israel. Belum lama ini pun tersiar berita soal aksi penghinaan tentara zionis terhadap jenazah warga Palestina. Setelah membantai warga, mereka berpose dengan latar belakang jenazah orang-orang Palestina dan menjadikannya sebagai foto kenang-kenangan.

Dalam kasus lain, mesin propaganda rezim zionis menampilkan bagaimana ulah jahil serdadu Israel dalam mempermainkan perasaan dan kehormatan para tawanan Palestina lewat beragam teknik penyiksaan mental. Sementara di sisi lain, tindakan warga Israel juga tak kalah sadisnya dengan tentara mereka. Pernah suatu ketika, seorang pemukim zionis sengaja menabrakkan mobilnya terhadap sekelompok bocah Palestina hingga mereka mengalami cidera berat.
Rezim zionis Israel sengaja mengumbar aksi-aksi hina dan brutal seperti itu untuk membakar semangat warga zionis dan memperlihatkan kelemahan rakyat Palestina. Namun, di mata opini publik dunia, aksi semacam itu justru dianggap sebagai kelicikan dan kelemahan rezim zionis dan bukan bukti kekuatan.
Para pengamat politik menilai, laku kejahatan seperti pembakaran masjid dan al-Quran, pelecehan seks terhadap para tahanan, dan pembantaian warga sipil, semuanya itu justru menunjukkan kelemahan militer rezim zionis dan warga Israel di hadapan rakyat Palestina. Siapapun yang berakal sehat pasti menilai bahwa penyiksaan terhadap tahanan yang tak berdaya ataupun membunuh manusia-manusia tak berdosa bukanlah sebuah kebanggaan tapi merupakan petanda ketidakwarasan dan rendahnya nilai-nilai kemanusiaan di kalangan tentara rezim zionis.
Maraknya kembali aksi perusakan masjid dan pembakaran al-Quran belakangan ini menunjukkan bahwa target utama perang anti-Islam yang dilancarkan rezim zionis adalah pemusnahan Masjidil Aqsa. Semenjak tahun 1968 pada saat rezim zionis menduduki kiblat pertama umat Islam itu, Israel senantiasa berusaha menghancurkannya. Mereka mengklaim bahwa Masjidil Aqsa dibangun di atas reruntuhan kuil Sulaiman. Karena itu untuk membangun kembali kuil tersebut, maka Masjidil Aqsa pun harus dihancurkan. Padahal klaim rezim zionis tersebut sama sekali tidak memiliki landasan sejarah dan hukum. Bahkan kalaupun klaim itu benar, maka bangunan suci Islam yang termasuk sebagai warisan sejarah dunia tidak bisa dihancurkan begitu saja dengan alasan untuk membangun kuil yang sudah dihancurkan oleh bangsa lain pada ratusan abad yang lalu. Apalagi selama ini pun rezim zionis tidak pernah menghormati hukum internasional dan hanya berusaha memenuhi ambisi haramnya semata.
Beberapa waktu lalu, Lembaga Wakaf dan Waris Masjidil Aqsa dalam taklimatnya mengungkap aksi kalangan ekstrimis yahudi yang menggelar konferensi yahudisasi Masjidil Aqsa. Dalam konferensi itu dibahas beragam cara untuk menghancurkan kiblat pertama umat Islam tersebut termasuk lewat penyerangan massal. Sebelumnya, lembaga yang sama juga mengabarkan upaya rezim zionis yang melakukan penggalian di bawah Masjidil Aqs dengan klaim untuk keperluan penelitian arkeologi dan menemukan sisa-sisa reruntuhan Kuil Sulaiman.
Aksi penggalian itu jika dibiarkan terus-menerus bakal merusak pondasi masjid dan kalau saja terjadi gempa bumi dengan skala yang tidak begitu tinggi sekalipun, bangunan Masjidil Aqsa terancam runtuh. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rezim zionis tengah berusaha sesegera mungkin untuk menghancurkan Masjidil Aqsa. Ironisnya hingga kini banyak negara-negara Islam dan Arab yang pasif begitu saja dalam menyikapi tindakan rezim zionis tersebut.
Motif utama rezim zionis dalam menistakan simbol-simbol suci umat Islam tak lain karena kebencian dan permusuhan lama mereka terhadap agama Islam dan pemeluknya. Mereka meyakini bahwa tuntutan keadilan dan anti-kezaliman yang diajarkan Islam merupakan hambatan terbesar ekspansionisme dan kebijakan imperialisme rezim zionis. Karena itu mereka juga gencar berusaha memberangus kelompok pergerakan Islam seperti Hizbullah Lebanon, Hamas, dan Gerakan Jihad Islam Palestina. Tak aneh jika kebencian zionis terhadap masyarakat muslim pun lantas menjalar hingga pada simbol-simbol dan syiar Islam seperti al-Quran dan Masjid. Sejatinya, penyerangan rezim zionis terhadap syiar-syiar Islam pada dasarnya merupakan ungkapan ketakutan mereka terhadap cita-cita luhur Islam.
Permusuhan dan kebencian terhadap Islam yang ditunjukkan kaum zionis dengan cara membakar al-Quran dan merusak masjid membuktikkan bahwa mereka bukanlah umat yahudi yang sebenarnya. Sebab, ajaran yahudi yang sebenarnya mengajarkan umatnya untuk menghormati agama lain. Sayangnya, kaum zionis hanya menaati ajaran para pendiri ideologi zionisme yang gila kekuasaan dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ajaran luhur agama Yahudi. Bahkan saat ini pun kaum zionis mendapat penentangan keras dari kalangan umat yahudi dan dianggap sebagai kelompok sesat yang mengatasnamakan yahudi. Mereka justru menilai zionisme sebagai ideologi rasis dan penjajah.
Aksi penistaan terhadap syiar-syiar Islam di tanah pendudukan Palestina juga menjadi peringatan bagi masyarakat muslim. Seperti diketahui, beberapa tahun terakhir ini, di negara-negara Barat juga marak aksi penistaan terhadap Islam dan gerakan-gerakan yang mengarah pada islamophobia. Munculnya dua aksi serupa di Barat dan Israel ini menunjukkan bahwa kedua langkah tersebut dirancang dari sumber yang sama dan merupakan bagian dari skenario besar untuk memberangus kebangkitan Islam di dunia.
Kendati demikian aksi hina semacam itu tidak akan menyurutkan semangat perjuangan masyarakat muslim terutama rakyat Palestina dalam menghadapi kebiadaban rezim zionis dan antek-anteknya. Keyakinan terhadap Islam telah mengakar kuat dalam masyarakat Palestina dan aksi penistaan anti-Islam yang dilancarkan rezim zionis sejatinya justru menjadi faktor penguat semangat perjuangan bangsa Palestina. Hal itu bisa tampak dari luasnya aksi penentangan dan demonstrasi warga Palestina melawan kebiadaban rezim zionis dan penistaannya terhadap syiar-syiar Islam.
Banyak pengamat memperkirakan, maraknya aksi penistaan terhadap al-Quran dan masjid bisa menjadi pemicu bagi lahirnya gelombang ketiga intifada di Palestina. Sebagaimana yang terjadi pada tahun 2002, ketika mantan PM Rezim Zionis Ariel Sharon menerobos masuk Masjidil Aqsha sehingga menyulut kemarahan bangsa Palestina dan memunculkan intifada gelombang kedua. (IRIB)
Berikut adalah lambang penganut zionisme


 

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar